Sahabat
Monday, July 23, 2012
*Cinta*
Let us dig it =)
Fitrah boleh diertikan sebagai sifat semula jadi pada setiap
makhluk-Nya, yang inginkan kebaikan dan menghindari segala kemudaratan ketika
dilahirkan di dunia. Fitrah merangkumi seluruh aspek kehidupan, bermula dari
diri sendiri, kepada masyarakat, kepada makhluk yang lain sehinggalah kepada
hubungan manusia kepada Tuhan.
Fitrah bagaikan sehelai kain putih. Kelahirannya dalam keadaan suci dan
bersih. Fitrah manusia yang paling bersih apabila dia pertama kali dilahirkan,
manakala fitrah manusia yang paling suci apabila dia mengenal hubungannya
dengan Tuhan.
Rasa cinta memang tidak salah. Ia adalah fitrah semulajadi
(instinct) yang ALLAH swt kurniakan kepada setiap manusia. Ingin bercinta dan
dicintai adalah semulajadi . Jiwa manusia memerlukan cinta seperti jasad
perlukan makanan. Oleh kerana cinta adalah fitrah, makatentulah tidak salah
merasainya. Namun ALLAH tidak kurniakan cinta secara polos begitu saja. Dia
juga pencipta peraturan cinta demi menjaga kemurniaannya. Peraturan inilah yang
kerap dilanggar dan menyebabkan cinta menjadi fitnah.
Dalam Qur’an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini
penjelasannya:
1. Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan
“nggemesi”. Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu
berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia
ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.
2. Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang,
lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta
jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding
terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang
kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan
kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya. Termasuk dalam cinta
rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang
tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur’an,
kerabat disebut al arham, dzawi al arham, yakni orang-orang yang memiliki
hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang
ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah
diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang
disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan
darah dianjurkan untuk selalu ber silaturrahim, atau silaturrahmi artinya
menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah
dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat
membara, sehingga mengambil seluruh perhatian hingga hal-hal lain
cenderung kurang diperhatikan. Cinta jenis mail ini dalam al Qur’an
disebut dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kepada
yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yang lama.
4. Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami,
orisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad
syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir tak
menyadari apa yang dilakukan. Al Qur’an menggunakan term syaghaf ketika
mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha, istri pembesar Mesir kepada
bujangnya, Yusuf.
5. Cinta ra’fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan
norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepada anak sehingga tidak tega
membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur’an menyebut
term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang
tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2).
6. Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku
penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur’an menyebut term ni ketika
mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaiha
yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika
tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan cerdik sungguh., wa
illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin
(Q/12:33).
7. Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur’an tetapi dari
hadis yang menafsirkan al Qur’an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan
bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba. Kalimat
kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma’tsur dari hadis riwayat
Ahmad; wa as’aluka ladzzata an nadzori ila wajhika wa as syauqa ila
liqa’ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah-Mu
dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan-Mu. Menurut Ibn al Qayyim al
Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq
(rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al
mahbub), dan kobaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta,
hurqat al mahabbah wa il tihab naruha fi qalb al muhibbi.
8. Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran
mendidik kepada hal-hal yang positip meski sulit, seperti orang tua yang
menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu.
Jenis cinta ini disebut al Qur’an ketika menyatakan bahwa Allah tidak
membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah
nafsan illa wus`aha (Q/2:286)
Aku bertanya pada alam semesta tentang erti CINTA,
lalu satu demi satu mereka menjawab…
Bumi menjawab:
“CINTA adalah hamparan tempat tumbuh segala bahagia dan harapan
akan itu. Ia memang dipijak dan dihinakan, tetapi ia tak peduli. Cinta hanya
memberi, dan itu sajalah keinginannya.”
Air menjawab:
“CINTA adalah hujan yang menumbuhkan benih-benih rasa kesukaan,
kerelaan akan kerinduan dan kesenduan, atau samudera kasih yang luas sebagai
naungan segala perasaan
Api menjawab:
“CINTA adalah panas yang membakar segala, ia memusnahkan untuk
dapat hidup dan menyala. Demi merasakannya, makhluk rela terbakar dalam amarah
dan kedurhakaan.”
Angin menjawab:
“CINTA adalah hembusan yang menebar sayang tanpa tahu siapa
tujuannya. Orang kata, ia buta, sebab itu inginnya. Ia tak kelihatan, tetapi
tanpanya segala jiwa akan hampa.”
Langit menjawab:
“CINTA adalah keluasan tanpa batas. Luasnya tiada makhluk yang
tahu. Kecuali cinta itu bahagia yang biru, atau derita kelam yang kelabu
Matahari menjawab:
“CINTA adalah hidup untuk memberi tenaga kehidupan dan cahaya
harapan. Ia tak akan jemu memberi sampai ia padam dan mati.”
Pohon menjawab:
“CINTA adalah akar yang menopang segalanya. Ia ikhlas sehingga tak
perlu dilihat dan dikenal. Tetapi ia terus memberi agar batang tetap
kukuh abadi, berbuah dan berbunga indah.”
Gunung menjawab:
“CINTA adalah rasa yang menjulang tinggi. Rasa itu tenang dan
menyejukkan. Namun saat gundah, Ia akan meleburkan sekelilingnya dengan lautan
lava cemburu yang membara.”
Akhir sekali, Aku bertanya pada CINTA itu sendiri:
“Wahai CINTA, apakah sebenarnya erti dirimu?”
CINTA menjawab:
“CINTA adalah engkau patuh terhadap-Nya, meskipun engkau tidak melihatNya.
Engkau tidak menciumNya atau merabaNya, tetapi engkau patuh kerana engkau
merasa akan hadirNya. Sebab CINTA bukan indera, tetapi adalah rasa.”
“CINTA adalah engkau takut akan amarah-Nya, dan takut jika Dia
meninggalkanmu. Takut jika Dia tidak menyukaimu lagi. Hingga engkau
mencari-cari alasan untuk selalu dekat dengannya, bahkan jika engkau harus
menderita, atau yang lebih mengerikan dari itu.”
“CINTA adalah engkau menyimpan segala harapan kepadaNya tidak pada
yang lain. Engkau tidak mendua dalam harapan, dan demikian selamanya. Cinta
adalah engkau setia menjadi hambaNya, yang engkau hidup untukNya dan mati untuk
RedhaNya akan dirimu, hidup dan mati untuk Dia. Engkau berusaha sekerasnya agar
engkau diakui, hanya sebagai hamba.”
“Diatas segalanya, CINTA adalah engkau merasa kasih sayang yang
tunggal yang tidak engkau berikan pada yang lain, selain kepadaNya. Engkau
rindu akan hadirNya dan melihatNya. Engkau suka apa yang Dia sukai dan benci
apa yang dia benci, engkau merasakan segala ada padaNya dan segala atas
namaNya.”
Aku bertanya lagi pada CINTA:
“Dapatkah aku merasakannya?”
Sambil berlaru CINTA menjawab:
“Selama engkau mengetahui hakikat penciptaanmu dan bersyukur
dengan apa yang Dia berikan, maka itu semua akan engkau rasakan, percayalah
padaku….”
Aku pun Berteriak, “Wahai Tuhan Yang Maha Pencinta, terimalah
cintaku yang sederhana ini, izinkanlah aku merasakan cintaMu yang Maha Indah
*******Cintailah Allah, Maka Seluruh Alam Akan
MencintaiMu*********
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment